Jumat, 20 Mei 2011

ragam bahasa baku dan non baku

Jika dilihat dari media (sarana) yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,pemakaian bahasa dapat dibedakan kedalam 2 macam ragam bahasa yaitu:
 Ragam bahasa lisan
 Ragam bahasa tulisan

Bahasa yang dihasilkan dengan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar disebut juga bahasa lisan,sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya di sebut juga bahasa tulis.

Ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan susunan kalimat ),dan kosakata.lafal merupakan aspek pembeda antara lisan dan tulisan. Dalam bahasa lisan kita berurusan dengan tata cara lafal/kata. Sedangkan bahasa tulis kita berurusan dengan tata cara penulisan/ejaan.

Ragam bahasa lisan dan tulisan memiliki kaitan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh sebab itu, sering timbul kesamaan diantaranya. Tetapi kedua jenis ragam bahasa itu telah berkembang menjadi system bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar meskipun ada kesamaan.

















BAB 2.Ragam bahasa Lisan dan Tulisan

1.Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan pelafalan. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, gerak
tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide
.2.Ragam bahasa Tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh
Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis
1. Putri bilang kita harus pulang 1. Putri mengatakan bahwa kita harus pulang
2. Ayah lagi baca koran 2. Ayah sedang membaca koran
3. Saya tinggal di Bogor 3. Saya bertempat tinggal di Bogor
B. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1.Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang Kancil.
3.Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasamenjadi alat, sarana atau media. Bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaranlah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
A.Sifat – sifat bahasa :
• Sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya
• Mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar
• Ujar , karena bentuk dasar bahasa
• Manusiawi, karena dimanfaatkan manusia.
B.Fungsi bahasa :
• Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antar anggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
• Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembaca.
• Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya.
• Fungsi kontrol sosial. Bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
C.Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi :
• Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu
• Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan prilaku orang lain
• Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
• Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain
• Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu
• Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi
• Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.



BAB 3. RAGAM BAHASA BAKU

A.DEFENISI BAHASA BAKU
Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan ragam bahasa baku itu tidak melulu dikaitkan dengan kebakuan kosakata, sebagaimana bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan yang ditetapkan dalam Ejaan yang Disempurnakan.
Kalau kita berpegangan pada KBBI dan pedoman EYD, kita tidak akan memandang judul-judul berita pada surat kabar sebagai judul yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Atau ketika kita melihat bahasa pada dunia periklanan. Dijamin kita akan langsung mengecap bahasa yang digunakan tidak baku. Tapi itu kalau kita memakai sudut pandang preskriptif.
Sebaliknya, ketika kita melihat secara deskriptif, kita akan menyadari bahwa sejumlah ragam bahasa yang kita lihat berbeda dari apa yang standar, sebenarnya tidak melulu menjadi ragam bahasa tak resmi.karena r
agam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau bila pembicaraan dilakukan di depan umum.
Faktanya, ragam bahasa yang digunakan hampir kebanyakan tidak menggunakan ragam baku. Sehingga definisi ragam baku yang disebutkan terakhir, yaitu “bila pembicaraan dilakukan di depan umum” kini boleh dibilang sudah bergeser.Meski demikian, timbul pula pemikiran baru dalam benak saya. Bahwa ragam bahasa baku itu tampaknya berlaku bagi kalangan tertentu yang menjadi bahasa sasaran kelompok terkait. Dengan demikian, bagi kalangan A, berlakulah ragam bahasa A.
Akhirnya, definisi ragam bahasa baku itu, menurut hemat saya, hanya relevan sampai kepada “ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis)”.
B.Contoh ragam bahasa baku:
1. Eko mempunyai Keahlian yang sangat mumpuni untuk bersaing di pertandingan itu.
2. Kakak merupakan contoh teladan yang baik untuk adik-adiknya.
3. Ibu mencuci pakaian di Kali.
BAB 4. RAGAM BAHASA NON BAKU



Bahasa non baku adalah bahasa sehari-hari yang sering atau lebih banyak digunakan oleh masyarakat terutama oleh masyarakat Indonesia. Seperti bahasa daerah yang sering digunakan oleh masyarakat pedalaman di Indonesia. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menulis ataupun mengucapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena memang dikehidupan sehari-hari kita terlalu sulit untuk berbicara dengan menggunakan bahasa baku.
Pemakaian bahasa baku dan tak baku ini bertalian dengan situasi,yaitu pemakaian bahasa baku berkaitan dengan situasi resmi atau kedinasan(formal) ,sedangkan pemakaian bahasa tak baku berkaitan dengan tak resmi atau diluar kedinasan.disampin itu jarak antara pembicara dan kawan bicara (pendengar) yang terlihat dari sikap juga mewarnai pemakaian bahasa.
Jarak yang dekat antara pembicara dengan pendengar akan menghasilkan bahasa yang tak baku.sebaliknya jarak jauh,sikap resmi antara pembicara dan kawan bicara akan melahirkan pemakaian bahasa yang baku.















BAB 5. RAGAM SOSIAL DAN FUNGSIONAL

Ragam sosial yaitu: ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam fungsional yaitu: ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Perhatikan contoh-contoh berikut:
 Ragam Kedokteran
Ada empat hal yang membuat seorang dewasa dapat kehilangan daya penglihatannya. Yang pertama kelainan di kornea, lalu kelainan lensa, kelainan di retina, dan terakhir di pusat saraf pengolah data yang datang dari mata. Kelainan kornea dapat diatasi dengan transplatasi kornea yang dilakukan di Indonesia sudah banyak dilakukan. Demikian pula kelainan lensa. Katarak misalnya, sudah bukan hal sulit lagi mengindikasi adanya gangguan fungsi di bagian otak.
 Ragam Hukum
Langkah polisi itu dilakukan karena penyidik kesulitan
membuktikan kasus yang menyeret tersangka bekas Kepala Urusan Logistik Beddu Amang itu. Gelar perkara itu untuk mencari kesimpulan menyangkut penyelesaian tersebut. Skandal ini terjadi ketika Beddu Amang menjabat Kepala Bulog pada tahun 1997. Ada kebijakan pemerintah soal pengadaan subsidi pakan ternak bagi peternak dengan mengimpor bungkil kedelai melalui Letter of Credit(L/C) import.
 Ragam Niaga
Untuk memproduksi roti dan kue, Sukartiningsih kini memiliki mixer yang berukuran besar dan sepuluh oven. Untuk memenuhi pesanan setiap hari Marina membutuhkan sedikitnya 1 kwintal telur ayam, gula pasir, mentega, moka, dan tepung. Dalam sebulan, omzetnya mencapai lebih dari Rp 100 juta.
Ragam Agama
Dalam Al-Quran dijelaskan pengelompokan ajaran Islam secara garis besar adalah akidah, syariah, dan akhlak. Ajaran Islam merupakan landasan yang mendasari seluruh aktivitas kehidupan Islami. Sistem keyakinan dalam ajaran Islam dibangun dalam enam landasan yang disebut rukun iman. Syariah adalah peraturan yang diberikan Allah SWT untuk mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Akhlak dalam Islam merupakan manifestasi dari akidah dan syariah yang bersifat sakral, absolut, imperatif, akurat, universal, dan memiliki makna ukhrowi.

Kamis, 19 Mei 2011

wawasan nusantara

BAB I
Pendahuluan

A.Latar Belakang.
Kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah) di bumi yang menerima amanat-NYA untuk mengelola kekayaan alam. Adapun sebagai wakil Tuhan di bumi, manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan memanfaatkan segenap karunia kekayaan alam dengan sebaik–baiknya untuk kebutuhan hidupnya. Manusia dalam menjalankan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak dalam dua bidang yaitu universal filosofis dan sosial politis. Bidang universal filosofis bersifat transeden dan idealistik misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa. Aspirasi bangsa ini menjadi dasar wawasan nasional bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan wilayah Nusantara. Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka, negara Indonesia memiliki unsur–unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya akan sumber daya alam (SDA). Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa, satu negara dan satu tanah air. Dalam kehidupannya, bangsa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksidan interelasi dengan lingkungan sekitarnya (regional atau internasional). Dalam hal ini bangsa Indonesia memerlukan prinsip–prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang–ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita–cita serta tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut WAWASAN NUSANTARA. Karena hanya dengan upanya inilah bangsa dan negara Indonesia tetap eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju mayarakat yang adil, dan sentosa.







BAB II
ISI



1.1. Pengertian Wawasan Nusantara.
Kata wawasan berasal dari kata “wawas” (bahasa jawa) yang berarti penglihatan, penolangan, dan tinjauan. Akar kata ini membentuk kata “wawas” berarti melihat, memandang dan meninjau. Jadi wawasan berarti cara pandang cara melihat dan cara tinjau. Sedangkan Nusantara sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa jawa kuno yakni “nusa” yang berarti pulau dan “antara” anrtinya lauin. Berdasarkan teori- teori tentang latar belakang falsafah pancasila, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan terbentuklah suatu wawasan nasional Indonesia yang disebut wawasan nusantara. Wawasan nusantara merupakan wawasan nasional yang bersumber pada pancasila. Wawasan adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Dalam sumber lain wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa dan wilayah kesatuan republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara diatasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Secara umum wawasan nusantara berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungnya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan dan cita-cita basional. Dengan demikian wawasan nusantara berperan untuk membimbing bangsa Indonesia dalam penyelenggaran kehidupan serta sebagai rambu-rambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaannya. Wawasan nusantara sebagai cara pandangan juga mengajarkan bagaimana pentingnya membina persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan Negara dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.





1.2. Dasar Hukum.
Dasar hukum wawasan nusantara telah diterima sebagai konsepsi politik kewarganegaraan yang tercantum dasar-dasar berikut ini :
1) Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tanggal 22 Maret 1973
2) TAP MPR No. IV/ 1978/ 22/ Maret/1978 tentang GBHN
3) TAP MPR No. II/ MPR/ 1983/ 12/ Maret/ 1983
Ruang lingkup Wawasan Nusantara dalam TAP dalam TAP MPR 83 dalam mencapai tujuan pembangunan Nasional antara lain :
a) Kesatuan politik
b) Kesatuan ekonomi
c) Kesatuan sosial budaya
d) Kesatuan pertahan keamanan
1.3. Fungsi Wawasan Nusantara.
Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional, baik pada aspek politik, ekonimi, sosial budaya dan pertahan keamanan rakyat semestanya, selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Serta kesatuan wilayah untuk itu pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan Negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafat, cita-cita dan tujuan sosial, serta kondisi soaial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan kebinekaannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dan kebinekaan tersebut dikenal dengan wasantara singkatan dari wawasan nusantara. Bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi, air dan dirgantara diatasnya serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk dipergunakan besar-besarnya kemakmuran rakyat, karena itu dengan konsep wawasan nusantara bangsa Indonesia bertekad mendayagunakan seluruh kekayaan alam, sumber daya serta seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijakan yang terpadu seimbang, serasi dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dengan segenap memperhatikan kepentingan daerah penghasil secara proporsional dalam keadilan.

Untuk itulah mangapa wawasan nusantara perlu. Ini karena wawasan nusantara mempunyai fungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan keputusan tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara di tingkat pusat dan daerah maupu bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Selain fungsi, wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah kepentingan-kepentingan tesebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
1.4. Implementasi Wawasan Nusantara.
Sebagai cara pandangan dan visi nasional Indonesia wawasan nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntutan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntunan bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia. Karena itu implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendabulukan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pada kepentingan pribadi atau kelompok sendiri.
Beberapa implementasi wawasan nusantara kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahan keamanan (poleksosbud) Negara kesatuan repblik Indonesia antara lain :
1. Implementasi wawasan nusantara pada kehidupan politik akan mencipatkan iklim penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut terlihat dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif, dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
2. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi dan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Disamping itu memncerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antara daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
3. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan sikap lahiriah yang mengakui menerima dan menghormati segala perbedaan atau kebhinekaan sebagai penyataan hidup sekaligus sebagai karunia sang pencipta implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, asal usul daerah, agama dan kepercayaan serta golongan berdasarkan status sosialnya.
4. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan bahkan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang lebih lanjut akan membentuk sikap beda Negara pada setiap warga Negara Indonesia. Kesadaran dan sikap kita tanah air dan bangsa serta beda Negara ini akan menjadio modal utama yang akan menggerakan partisipasi setiap warga Negara Indonesia dalam menanggapi setiap bentuk ancaman seberapun kecilanya dan dari mananpun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan Negara dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional wawasan nusantara harus menjadi nilai yang menjiwai segenap perundang-undangan yang berlaku pada setiap strata diseluruh wilayah Negara. Disampaing itu, wawasan nusantara dapat di implementasikan kedalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam ulasan kebhinekaan sehingga mendinamiskan kehidupan sosial yang akrab, peduli, toleransi, hormat, dan tolak hukum. Semua itu menggambarkan sikap, paham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas ataiu jati diri bangsa Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Wawasan Nusantara.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Wawasan Nusantara antara lain:
1. Wilayah (geografi)
2. Kepulauan Indonesia
3. Konsep tentang Wilayah Lautan
4. Karakteristik Wilayah Nusantara










1.5. Tujuan Wawasan Nusantara .
Tujuan Wawasan Nusantara dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan nasional dan tujuan ke dalam. Tujuan nasional dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945. Pada UUD 1945 dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan tujuan yang kedua, yaitu tujuan ke dalam, adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah maupun sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.






















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsan Indonesia tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka berdaulat dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. Ruang lingkup wawasan nusantara antara lain :
a. Kesatuan politik
b. Kesatuan ekonomi
c. Kesatuan sosial budaya
d. Kesatuan pertahanan keamanan
Fungsinya sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam menentikan segala kelejaksaan keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan ditingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Beberapa implementasinya yaitu :
a. Pada kehidupan politik
b. Pada kehidupan ekonomi
c. Pada kehidupan sosial budaya
d. Pada kehidupan pertahanan keamanan
B. Saran
Dengan adanya wawasan nusantara, kita harus dapat memiliki sikap dan perilaku yang sesuai peruangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pemuda penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap wawasan nusantara sejak dini sehingga kecintaan mereka terhadap bangsa dan negara lebih meyakini dan lebih dalam. Untuk itulah perlu kiranya pendidikan yang membahas/mempelajari tentang wawasan nusantara dimasukan ke dalam suatu kurikulum yang sekarang diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia (misalnya : pelajaran Kewarganegaraan, Pancasila, PPKn dan lain - lain). Untuk masyarakat Indonsia (baik bagi si pembuat makalah, pembaca makalah serta yang lain) agar dapat menjaga makna dan hakikat dari wawasan nusantara yang tercermin dari perilaku – perilaku sehari hari misalnya ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan.

Senin, 16 Mei 2011

MATERIAL TEKNIK

MATERIAL TEKNIK
Material teknik dapat diklasifikasikan menjadi 5 :
(a) Logam,
(b) Keramik,
(c) Polimer,
(d) Komposit,
(e) Semikonduktor.

A.LOGAM
Jenis material teknik yang dipakai secara luas dalam teknologi modern adalah baja. Baja adalah material logam yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik. Material ini kuat dan siap dibentuk menjadi bermacam-macam keperluan teknik. Material ini berspektrum luas dan mempunyai kemampuan berdeformasi secara permanen yang merupakan modal penting dalam menentukan harga tegangan luluh pada berbagai beban.
Berbagai material logam tidak dalam bentuk murni dipakai dalam teknik, tetapi dipakai dalam bentuk paduan, misalnya : paduan besi dan baja (dari Fe), aluminium (Al), magnesium (Mg), titanium (Ti), nikel (Ni), paduan seng (Zn) dan tembaga (Cu) (perunggu). Gambar 1.1 ditunjukkan satu contoh bagian seni pengerjaan logam yang dibentuk dengan deformasi superplastis.
B.KERAMIK DAN KACA
Al2O3 adalah material teknik yang disebut keramik, atau Aluminium oksida (Al2O3) mempunyai 2 keunggulan.
Pertama, Al2O3 stabil secara kimia dalam lingkungan yang beraneka ragam, karena Al akan di oksidasi. Pada kenyataannya hasil reaksi oksidasi dari aluminium akan memberikan aluminium oksida yang lebih stabil. Kedua, keramik Al2O3 mempunyai titik lebur lebih tinggi (2020oC) daripada logam Al (660o). Hal ini membuat Al2O3 sukar lebur dan dipakai secara luas dalam industri peleburan.
Contoh material keramik yang lain yang banyak dipakai adalah magnesium oksida (MgO) dan silika (SiO2). Material keramik ini sering dipadukan dengan aluminium oksida (Al2O3) untuk mendapatkan sifat yang lebih baik. Material keramik silikon nitrida Si3N4 dapat diurai menjadi keramik oksida yang penting. Selanjutnya, material keramik yang berdaya jual tinggi adalah keramik yang mempunyai gabungan unsur antara satu unsur logam dan satu unsur bukan logam (C, N, 0, P, S ).
Logam dari keramik mempunyai ciri susunan yang sama pada skala atomik. Susunannya kristalin, artinya atom-atomnya tertumpuk dalam sebuah keteraturan atau pola yang berulang. Perbedaan antara bahan logam dan keramik adalah pada material keramik dengan pengolahan yang sederhana dan bersih dapat dibuat dalam bentuk nonkristalin, sehingga atom-atom tertumpuk atau tersusun dalam ketidakteraturan atau pola yang acak.
C. POLIMER
Polimer merupakan material hasil teknologi modern yang mempunyai karakteristik lebih banyak dari pada material yang lain. Bahan buatan ini merupakan cabang khusus dari kimia organik. Plastik adalah bahan murah yang dapat dibentuk dari beberapa polimer selama fabrikasi. Mer dalam sebuah polimer adalah sebuah molekul hidrokarbon tunggal seperti etilen (C2H4). Polimer adalah molekul rantai panjang yang mengandung beberapa ikatan mer. Polimer yang umum dalam dunia perdagangan adalah polietilen -(C2H4 ) dengan harga n berkisar antara 100 sampai 1000. Beberapa polimer penting (termasuk polyethylene) adalah campuran sederhana dari hidrogen dan karbon. Beberapa yang lain mengandung oksigen, misalnya : acrylic, nitrogen (nylon), fluorine (fluoroplastic), dan silikon (silicone). Polimer mempunyai sifat ringan, murah dan mampu menggantikan logam dalam aplikasi disain struktur.
D.KOMPOSIT
Perkembangan teknologi material telah melahirkan suatu material jenis baru yang dibangun secara bertumpuk dari beberapa lapisan. Material ini lah yang disebut material komposit. Material komposit terdiri dari lebih dari satu tipe material dan dirancang untuk mendapatkan kombinasi karakteristik terbaik dari setiap komponen penyusunnya. Pada dasarnya, komposit dapat didefinisikan sebagai campuran makroskopik dari serat dan matriks. Serat merupakan material yang (umumnya) jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik.Sedangkan matriks berfungsi untuk melindungi serat dari efek lingkungan dan kerusakan akibat benturan.
Serat kaca (glass fibre) adalah material yang umum digunakan sebagai serat. Namun, teknologi komposit saat ini telah banyak menggunakan karbon murni sebagai serat. Serat karbon memiliki kekuatan yang jauh lebih baik dibanding serat kaca tetapi biaya produksinya juga lebih mahal. Komposit dari serat karbon memiliki sifat ringan dan juga kuat. Komposit jenis ini banyak digunakan untuk struktur pesawat terbang, alat-alat olahraga, dan terus meningkat digunakan sebagai pengganti tulang yang rusak.
Selain serat kaca, polimer yang biasanya menjadi matriks juga dapat dipakai sebagai serat atau penguat. Contohnya, kevlar merupakan serat polimer yang sangat kuat dan dapat meningkatkan toughness dari material komposit. Kevlar dapat digunakan sebagai serat dari produk komposit untuk struktur ringan yang handal, misalnya bagian kritis dari struktur pesawat terbang. Sebenarnya, material komposit bukanlah pengguaan asli dari kevlar. Kevlar dikembangkan untuk pengganti baja pada ban radial dan untuk membuat rompi atau helm antipeluru.
Sedangkan untuk matriks, kebanyakan material komposit modern menggunakan plastik thermosetting, yang biasanya disebut resin. Plastik adalah polimer yang mengikat serat dan membantu menentukan sifat fisik dari material komposit yang dihasilkan. Plastik termosetting berwujud cair tetapi akan mengeras dan menjadi rigid ketika dipanaskan. Plastik ini memiliki tahanan terhadap serangan zat kimia yang baik meskipun berada pada lingkungan ekstrim. Untuk tujuan khusus, digunakan matriks dari keramik, karbon dan logam. Contohnya, keramik digunakan untuk material komposit yang didesain bekerja pada temperatur sangat tinggi dan karbon digunakan untuk produk yang menerima gaya gesek seperti bearing dan gir.
Pada material komposit dikenal istilah lamina dan laminate. Lamina adalah satu lembar komposit dengan satu arah serat tertentu, sedangkan laminate adalah gabungan beberapa lamina. Laminate dibuat dengan cara memasukkan pre-preg lamina ke dalam autoclave selama selang waktu tertentu dan dengan tekanan serta temperatur tertentu pula. Auroclave adalah suatu alat semacam oven bertekanan untuk menggabungkan lamina.
Dibanding dengan material konvensional keunggulan komposit antara lain yaitu memiliki kekuatan yang dapat diatur (tailorability), tahanan lelah (fatigue resistance) yang baik, tahan korosi, dan memiliki kekuatan jenis (rasio kekuatan terhadap berat jenis) yang tinggi.


Manfaat utama dari penggunaan komposit adalam mendapatkan kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan. Dengan memilih kombinasi material serat dan matriks yang tepat, kita dapat membuat suatu material komposit dengan sifat yang tepat sama dengan kebutuhan sifat untuk suatu struktur tertentu dan tujuan tertentu pula.
Penerbangan modern, baik sipil maupun militer, adalah contoh utamanya. Keduanya akan menjadi sangat tidak efisien tanpa adanya material komposit. Material komposit canggih kini telah umum digunakan pada bagian sayap dan ekor, propeller, bilah rotor, dan juga struktur internal pesawat terbang. Selain aplikasi di industri dirgantara, dewasa ini material komposit telah banyak juga digunakan untuk badan mobil F1, alat-alat olahraga, struktur kapal dan industri migas. Hambatan dalam aplikasi material komposit umumnya adalah soal biaya. Meskipun sering kali proses manufaktur material komposit lebih efisien, namun material mentahnya masih terlalu mahal. Material komposit masih belum bisa secara total menggantikan material konvensional seperti baja, tetapi dalam banyak kasus kita memiki kebutuhan akan hal itu. Tidak diragukan, dengan teknologi yang terus berkembang, pengunaan baru dari material komposit akan bermunculan. Kita belum melihat semua yang material komposit dapat lakukan.
E.SEMIKONDUKTOR
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara insulator dan konduktor. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai insulator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur ruangan besifat sebagai konduktor Bahan semikonduksi yang sering digunakan adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide. Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut materi doping). Untuk informasi bagaimana semikonduktor digunakan sebagai alat elektronik. Salah satu alasan utama kegunaan semikonduktor dalam elektronik adalah sifat elektroniknya dapat diubah banyak dalam sebuah cara terkontrol dengan menambah sejumlah kecil ketidakmurnian. Ketidakmurnian ini disebut dopant. Doping sejumlah besar ke semikonduktor dapat meningkatkan konduktivitasnya dengan faktor lebih besar dari satu milyar. Dalam sirkuit terpadu modern, misalnya, polycrystalline silicon didop-berat seringkali digunakan sebagai pengganti logam. Semikonduktor dengan properti elektronik yang dapat diprediksi dan handal diperlukan untuk produksi massa. Tingkat kemurnian kimia yang diperlukan sangat tinggi karena adanya ketidaksempurnaan, bahkan dalam proporsi sangat kecil dapat memiliki efek besar pada properti dari material. Kristal dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi juga diperlukan, karena kesalahan dalam struktur kristal (seperti dislokasi, kembaran, dan retak tumpukan) mengganggu properti semikonduktivitas dari material. Retakan kristal merupakan penyebab utama rusaknya perangkat semikonduktor. Semakin besar kristal, semakin sulit mencapai kesempurnaan yang diperlukan. Proses produksi massa saat ini menggunakan ingot (bahan dasar) kristal dengan diameter antara empat hingga dua belas inci (300 mm) yang ditumbuhkan sebagai silinder kemudian diiris menjadi wafer. Karena diperlukannya tingkat kemurnian kimia dan kesempurnaan struktur kristal untuk membuat perangkat semikonduktor, metode khusus telah dikembangkan untuk memproduksi bahan semikonduktor awal. Sebuah teknik untuk mencapai kemurnian tinggi termasuk pertumbuhan kristal menggunakan proses Czochralski. Langkah tambahan yang dapat digunakan untuk lebih meningkatkan kemurnian dikenal sebagai perbaikan zona. Dalam perbaikan zona, sebagian dari kristal padat dicairkan. Impuritas cenderung berkonsentrasi di daerah yang dicairkan, sedangkan material yang diinginkan mengkristal kembali sehingga menghasilkan bahan lebih murni dan kristal dengan lebih sedikit kesalahan. Dalam pembuatan perangkat semikonduktor yang melibatkan heterojunction antara bahan-bahan semikonduktor yang berbeda, konstanta kisi, yaitu panjang dari struktur kristal yang berulang, penting untuk menentukan kompatibilitas antar bahan.

Potential Energ

An object can store energy as the result of its position. For example, the heavy ball of a demolition machine is storing energy when it is held at an elevated position. This stored energy of position is referred to as potential energy. Similarly, a drawn bow is able to store energy as the result of its position. When assuming its usual position (i.e., when not drawn), there is no energy stored in the bow. Yet when its position is altered from its usual equilibrium position, the bow is able to store energy by virtue of its position. This stored energy of position is referred to as potential energy. Potential energy is the stored energy of position possessed by an object.


Gravitational Potential Energy

The two examples above illustrate the two forms of potential energy to be discussed in this course - gravitational potential energy and elastic potential energy. Gravitational potential energy is the energy stored in an object as the result of its vertical position or height. The energy is stored as the result of the gravitational attraction of the Earth for the object. The gravitational potential energy of the massive ball of a demolition machine is dependent on two variables - the mass of the ball and the height to which it is raised. There is a direct relation between gravitational potential energy and the mass of an object. More massive objects have greater gravitational potential energy. There is also a direct relation between gravitational potential energy and the height of an object. The higher that an object is elevated, the greater the gravitational potential energy. These relationships are expressed by the following equation:
PEgrav = mass • g • height
PEgrav = m *• g • h

In the above equation, m represents the mass of the object, h represents the height of the object and g represents the gravitational field strength (9.8 N/kg on Earth) - sometimes referred to as the acceleration of gravity.

To determine the gravitational potential energy of an object, a zero height position must first be arbitrarily assigned. Typically, the ground is considered to be a position of zero height. But this is merely an arbitrarily assigned position that most people agree upon. Since many of our labs are done on tabletops, it is often customary to assign the tabletop to be the zero height position. Again this is merely arbitrary. If the tabletop is the zero position, then the potential energy of an object is based upon its height relative to the tabletop. For example, a pendulum bob swinging to and from above the tabletop has a potential energy that can be measured based on its height above the tabletop. By measuring the mass of the bob and the height of the bob above the tabletop, the potential energy of the bob can be determined.

Since the gravitational potential energy of an object is directly proportional to its height above the zero position, a doubling of the height will result in a doubling of the gravitational potential energy. A tripling of the height will result in a tripling of the gravitational potential energy.



Use this principle to determine the blanks in the following diagram. Knowing that the potential energy at the top of the tall platform is 50 J, what is the potential energy at the other positions shown on the stair steps and the incline?






Elastic Potential Energy

The second form of potential energy that we will discuss is elastic potential energy. Elastic potential energy is the energy stored in elastic materials as the result of their stretching or compressing. Elastic potential energy can be stored in rubber bands, bungee chords, trampolines, springs, an arrow drawn into a bow, etc. The amount of elastic potential energy stored in such a device is related to the amount of stretch of the device - the more stretch, the more stored energy.

Springs are a special instance of a device that can store elastic potential energy due to either compression or stretching. A force is required to compress a spring; the more compression there is, the more force that is required to compress it further. For certain springs, the amount of force is directly proportional to the amount of stretch or compression (x); the constant of proportionality is known as the spring constant (k).

Such springs are said to follow Hooke's Law. If a spring is not stretched or compressed, then there is no elastic potential energy stored in it. The spring is said to be at its equilibrium position. The equilibrium position is the position that the spring naturally assumes when there is no force applied to it. In terms of potential energy, the equilibrium position could be called the zero-potential energy position. There is a special equation for springs that relates the amount of elastic potential energy to the amount of stretch (or compression) and the spring constant. The equation is



To summarize, potential energy is the energy that is stored in an object due to its position relative to some zero position. An object possesses gravitational potential energy if it is positioned at a height above (or below) the zero height. An object possesses elastic potential energy if it is at a position on an elastic medium other than the equilibrium position.



Check Your Understanding

Check your understanding of the concept of potential energy by answering the following questions. When finished, click the button to view the answers.

1. A cart is loaded with a brick and pulled at constant speed along an inclined plane to the height of a seat-top. If the mass of the loaded cart is 3.0 kg and the height of the seat top is 0.45 meters, then what is the potential energy of the loaded cart at the height of the seat-top?










2. If a force of 14.7 N is used to drag the loaded cart (from previous question) along the incline for a distance of 0.90 meters, then how much work is done on the loaded cart?




Note that the work done to lift the loaded cart up the inclined plane at constant speed is equal to the potential energy change of the cart. This is not coincidental! The reason for the relation between the potential energy change of the cart and the work done upon it is the subject of Lesson 2.

Thermal energy

Thermal energy is the part of the total, internal energy of a thermodynamic system or sample of matter that results in the system's temperature. The internal energy, also often called the thermodynamic energy, includes other forms of energy in a thermodynamic system in addition to thermal energy, namely forms of potential energy, such as the chemical energy stored in its molecular structure and electronic configuration, intermolecular interactions, and the nuclear energy that binds the sub-atomic particles of matter.
Microscopically, the thermal energy is the kinetic energy of a system's constituent particles, which may be atoms, molecules, electrons, or particles in plasmas. It originates from the individually random, or disordered, motion of particles in a large ensemble. The thermal energy is equally partitioned between all available quadratic degrees of freedom of the particles. These degrees of freedom may include pure translational motion in fluids, normal modes of vibrations, such as intermolecular vibrations or crystal lattice vibrations, or rotational states. In general, the availability of any such degrees of freedom is a function of the energy in the system, and therefore depends on the temperature.
When two thermodynamic systems with different temperatures are brought into diathermic contact, they exchange energy in form of heat, which is a conversion of thermal energy from the system of higher temperature to the colder system. This heat may cause work to be performed on each system, for example, in form of volume or pressure changes. This work may be used in heat engines to convert thermal energy into mechanical energy. When two systems have reached a thermodynamic equilibrium, they have attained the same temperature and the net exchange of thermal energy ceases.
Thermal energy is distinct from heat. In the strict use in physics, heat is a characteristic only of a process, i.e. it is absorbed or produced as an energy exchange, but it is not a static property of matter. Matter does not contain heat, but thermal energy. Heat is thermal energy in the process of transfer or conversion across a boundary of one region of matter to another.